AHA ALJABAR - PANJAITAN STEVEN SCIENCE HELP BLOG
HOMEBLOGDOWNLOADFRIENDSTER

AHA ALJABAR


Kembali ke tahun 2000 SM, pada masa Babilonia, aljabar telah berkembang dengan cara yang sedikit berbeda di berbagai kebudayaan yang berbeda. Orang-orang Babilonia masih menggunakan persamaan kuadrat tiga suku ketika orang Mesir sudah menggunakan persamaan linier. Pada abad keenam belas SM, orang-orang Hindustan telah berpikir lebih maju. Pada abad ke tujuh belas, Brahmagupta dari India mempunyai penyelesaian-penyelesaian umum untuk persamaan kuadrat dan penggunaan nol yang menarik. Orang-orang Hindustan menganggap bilangan irasional sebagai bilangan sebenarnya - walaupun orang-orang pada saat itu belum mempercayainya.

Teknologi komunikasi canggih seperti saat ini belum tersedia pada saat itu, tetapi orang-orang terdahulu tetap mengatur pertukaran informasi selama berabad-abad. Pada tahun 825 SM, al-Khowarizmi dari Bagdad menulis buku pelajaran aljabar pertama. Namun, penyelesaian pertama untuk soal aljabar tertulis di daun lontar dibuat oleh orang Mesir kira-kira 3.500 tahun yang lalu. Daun lontar tersebut dikenal sebagai Rhind Papyrus setelah orang Skotlandia membeli daun lontar berukuran selebar 30 cm dan sepanjang 540 cm ini di Mesir pada tahun 1858. Artefak ini diawetkan di Museum British - sebagian kecil artefak ini diawetkan di Museum Brooklyn. Para cendekiawan menetapkan bahwa pada tahun 1650 SM, ahli tulis Mesir yang bernama Ahmes menyalin beberapa soal Matematika dan jawabannya ke dalam Rhind Papyrus.Kembali ke tahun 2000 SM, pada masa Babilonia, aljabar telah berkembang dengan cara yang sedikit berbeda di berbagai kebudayaan yang berbeda. Orang-orang Babilonia masih menggunakan persamaan kuadrat tiga suku ketika orang Mesir sudah menggunakan persamaan linier. Pada abad keenam belas SM, orang-orang Hindustan telah berpikir lebih maju. Pada abad ke tujuh belas, Brahmagupta dari India mempunyai penyelesaian-penyelesaian umum untuk persamaan kuadrat dan penggunaan nol yang menarik. Orang-orang Hindustan menganggap bilangan irasional sebagai bilangan sebenarnya - walaupun orang-orang pada saat itu belum mempercayainya.

Teknologi komunikasi canggih seperti saat ini belum tersedia pada saat itu, tetapi orang-orang terdahulu tetap mengatur pertukaran informasi selama berabad-abad. Pada tahun 825 SM, al-Khowarizmi dari Bagdad menulis buku pelajaran aljabar pertama. Namun, penyelesaian pertama untuk soal aljabar tertulis di daun lontar dibuat oleh orang Mesir kira-kira 3.500 tahun yang lalu. Daun lontar tersebut dikenal sebagai Rhind Papyrus setelah orang Skotlandia membeli daun lontar berukuran selebar 30 cm dan sepanjang 540 cm ini di Mesir pada tahun 1858. Artefak ini diawetkan di Museum British - sebagian kecil artefak ini diawetkan di Museum Brooklyn. Para cendekiawan menetapkan bahwa pada tahun 1650 SM, ahli tulis Mesir yang bernama Ahmes menyalin beberapa soal Matematika dan jawabannya ke dalam Rhind Papyrus.

Salah satu soalnya berbunyi,"Berapakah aha jika aha ditambah aha pertujuh sama dengan 19?" Aha bukanlah seruan. Kata "aha" menunjukkan nilai yang belum diketahui. Bisakah kamu menyelesaikan soal aljabar Mesir yang pertama ini? Dengan menggunakan simbol aljabar yang berlaku saat ini, soal ini ditulis sebagai: x + x/7=19. Nilai yang belum diketahui diwakili dengan x, dan penyelesaiannya adalah x = 16 5/8. Soal ini tidaklah sulit, hanya sedikit membingungkan.

Sekarang ga bingung lagi kan dengan apa yang dimaksud judul artikel saya ini. Memang kalau Bataknese seperti saya ini( horas he23x) mengartikan judul nya " Apa itu aljabar", memang jauh beda ya bahasa Mesir dengan Bahasa Batak, jagoan mana? ya Batak lah .



1 komentar:

Minggu, 15 Maret 2009

AHA ALJABAR


Kembali ke tahun 2000 SM, pada masa Babilonia, aljabar telah berkembang dengan cara yang sedikit berbeda di berbagai kebudayaan yang berbeda. Orang-orang Babilonia masih menggunakan persamaan kuadrat tiga suku ketika orang Mesir sudah menggunakan persamaan linier. Pada abad keenam belas SM, orang-orang Hindustan telah berpikir lebih maju. Pada abad ke tujuh belas, Brahmagupta dari India mempunyai penyelesaian-penyelesaian umum untuk persamaan kuadrat dan penggunaan nol yang menarik. Orang-orang Hindustan menganggap bilangan irasional sebagai bilangan sebenarnya - walaupun orang-orang pada saat itu belum mempercayainya.

Teknologi komunikasi canggih seperti saat ini belum tersedia pada saat itu, tetapi orang-orang terdahulu tetap mengatur pertukaran informasi selama berabad-abad. Pada tahun 825 SM, al-Khowarizmi dari Bagdad menulis buku pelajaran aljabar pertama. Namun, penyelesaian pertama untuk soal aljabar tertulis di daun lontar dibuat oleh orang Mesir kira-kira 3.500 tahun yang lalu. Daun lontar tersebut dikenal sebagai Rhind Papyrus setelah orang Skotlandia membeli daun lontar berukuran selebar 30 cm dan sepanjang 540 cm ini di Mesir pada tahun 1858. Artefak ini diawetkan di Museum British - sebagian kecil artefak ini diawetkan di Museum Brooklyn. Para cendekiawan menetapkan bahwa pada tahun 1650 SM, ahli tulis Mesir yang bernama Ahmes menyalin beberapa soal Matematika dan jawabannya ke dalam Rhind Papyrus.Kembali ke tahun 2000 SM, pada masa Babilonia, aljabar telah berkembang dengan cara yang sedikit berbeda di berbagai kebudayaan yang berbeda. Orang-orang Babilonia masih menggunakan persamaan kuadrat tiga suku ketika orang Mesir sudah menggunakan persamaan linier. Pada abad keenam belas SM, orang-orang Hindustan telah berpikir lebih maju. Pada abad ke tujuh belas, Brahmagupta dari India mempunyai penyelesaian-penyelesaian umum untuk persamaan kuadrat dan penggunaan nol yang menarik. Orang-orang Hindustan menganggap bilangan irasional sebagai bilangan sebenarnya - walaupun orang-orang pada saat itu belum mempercayainya.

Teknologi komunikasi canggih seperti saat ini belum tersedia pada saat itu, tetapi orang-orang terdahulu tetap mengatur pertukaran informasi selama berabad-abad. Pada tahun 825 SM, al-Khowarizmi dari Bagdad menulis buku pelajaran aljabar pertama. Namun, penyelesaian pertama untuk soal aljabar tertulis di daun lontar dibuat oleh orang Mesir kira-kira 3.500 tahun yang lalu. Daun lontar tersebut dikenal sebagai Rhind Papyrus setelah orang Skotlandia membeli daun lontar berukuran selebar 30 cm dan sepanjang 540 cm ini di Mesir pada tahun 1858. Artefak ini diawetkan di Museum British - sebagian kecil artefak ini diawetkan di Museum Brooklyn. Para cendekiawan menetapkan bahwa pada tahun 1650 SM, ahli tulis Mesir yang bernama Ahmes menyalin beberapa soal Matematika dan jawabannya ke dalam Rhind Papyrus.

Salah satu soalnya berbunyi,"Berapakah aha jika aha ditambah aha pertujuh sama dengan 19?" Aha bukanlah seruan. Kata "aha" menunjukkan nilai yang belum diketahui. Bisakah kamu menyelesaikan soal aljabar Mesir yang pertama ini? Dengan menggunakan simbol aljabar yang berlaku saat ini, soal ini ditulis sebagai: x + x/7=19. Nilai yang belum diketahui diwakili dengan x, dan penyelesaiannya adalah x = 16 5/8. Soal ini tidaklah sulit, hanya sedikit membingungkan.

Sekarang ga bingung lagi kan dengan apa yang dimaksud judul artikel saya ini. Memang kalau Bataknese seperti saya ini( horas he23x) mengartikan judul nya " Apa itu aljabar", memang jauh beda ya bahasa Mesir dengan Bahasa Batak, jagoan mana? ya Batak lah .



1 komentar: